Search This Blog

Wednesday, November 6, 2019

CAWABEKIS: Cara Waras Belajar Kitab Suci || eps.006 || Belajar Alkitab Pakai Metode? Ngapain sih buang-buang Waktu?


klik link berikut untuk video ulasan:
Metode Waras Belajar Alkitab

 “Belajar Alkitab pakai metode? Ngapain sih buang-buang waktu?” haha… Hari-hari ini banyak orang yang berpikir seperti itu dan sepertinya mereka terus bertambah setiap hari. Baik dari kalangan orang Kristen maupun non-Kristen. Mereka beranggapan, “untuk apa ‘metode’ dalam mempelajari Alkitab? Itukan buku rohani yang dapat dipahami sesuai kebutuhan. Vanhoozer bilang begini:
      Akhir-akhir ini, penafsiran teks telah menjadi minat minoritas dan, menurut pendapat beberapa orang, tugas yang mustahil. Pada masa kini, para kritikus mutakhir melihat motif pembaca sebagai makna dari teks. Makna “penafsiran” itu sendiri telah bergeser; bukan sebagai klaim pengetahuan dari penemuan yang seseorang buat mengenai makna teks, tetapi penafsiran telah menjadi sebuah cara untuk merujuk apa yang pembaca buat terhadap teks. Penafsir gaya baru ini tidak mengakui prinsip realitas (sebagaimana adanya), hanya prinsip kenikmatan (sebagaimana yang aku ingini). [1]
                  Berbahaya bukan? Jika ini terus berkembang, kita sudah bisa bayangkan bagaimana kebenaran akan menjadi semakin nampak abu-abu dan absurd. Kita tahu bahwa semua karya tulis haruslah dipahami sesuai dengan maksud penulisnya, ia menuangkan maksud itu sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang diyakininya tepat bagi karyanya. Ia tentu mengharapkan agar setiap pembaca dapat mempelajari tulisan dan menemukan maksudnya sebagaimana ia menuliskannya. Metode adalah hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan itu. Dalam sebuah tulisan yang diberi judul Sacred Hermeneutik dikatakan, “kita perlu metode yang benar dari penafsiran agar tidak menjadi bingung, mana SUARA ALLAH dan mana SUARA MANUSIA.”[2]
                  Apa sih metode itu? Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan begini: “metode/me·to·de/ /métodé/ n (kata benda) 1 cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan;[3] Singkatnya kira-kira begini, “Mengerjakan langkah-langkah yang tertentu, dalam urutan yang tertentu untuk menjamin hasil yang tertentu.”[4]
                  Misalnya kita hendak memasak kue, ada langkah-langkah tertentunya, seperti mencari tahu bahan-bahannya, menentukan biaya, membeli bahan, mempersiapkan peralatannya, dan seterusnya. Lalu urut-urutannya, mungkin menuangkan tepung, lalu air, selanjutnya diaduk, tambahkan gula, garam, atau bahan-bahan lainnya (anda yang lebih tahu soal itu… hehe). Bayangkan jika kita tidak peduli dengan langkah-langkah dan urutan-urutan dalam pembuatan kue ini, apakah akan tercipta suatu kue yang lezat? Alih-alih kue lezat, malahan petakalah yang ada dalam kue. Begitu pulalah dalam mempelajari teks Alkitab. Menggunakan metode adalah keharusan.
                  Ada beberapa nilai dari pemakaian metode dalam mempelajari Alkitab. Pertama, metode yang baik akan menolong kita menghindari tiga hal: (1) menghindarkan kita dari membuang waktu; (2) menghindari ketidakseksamaan/ketidaktelitian; (3) Menghindari kedangkalan dalam pengertian dan pelayanan. Kedua, metode yang baik memungkinkan tiga lagi bagi kita: (1) Memungkinkan kita berpikir/bergumul untuk diri sendiri; (2) Memungkinkan kita mengalami sukacita dalam penemuan; dan (3) Memungkinkan kita makin jatuh cinta dengan pengarang Alkitab, yaitu Allah sendiri.
                  Nah sekarang, jika memang kita harus menggunakan metode dalam mempelajari Alkitab, metode apakah yang cocok? Jawabnya ialah metode induktif. Begini, biasanya ada dua cara yang dipakai untuk mempelajari Alkitab, yakni yang disebut deduktif dan induktif. Deduktif artinya, penafsir Alkitab sudah mempunyai kesimpulan tertentu sebelum dia mempelajari Alkitab. Karena itu ia menyelidiki Alkitab dengan tujuan untuk mencari ayat-ayat yang mendukung kesimpulannya tersebut. Lalu induktif artinya apa? Induktif adalah tidakan sebaliknya, penafsir terlebih dahulu mencari data dan fakta Alkitab, kemudian ia menarik kesimpulan berdasarkan data dan fakta yang ia temukan.
                  Jadi mengapa harus induktif? Ya, sebab pendekatan yang memakai metode induktif merupakan cara mempelajari Alkitab yang paling dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya karena metode ini merupakan kesimpulan dari apa yang dinyatakan Allah sendiri di dalam Alkitab.

Anda menyaksikan serial CAWABEKIS (Cara Waras Belajar Kitab Suci).
Untuk mendapat notifikasi tentang video terbaru dari channel ini, please, jangan malu-malu untuk like, subscribe, and share.
Pakai cara yang waras agar Kebenaran membuat Anda puas.
Saya Pieter Sunkudon. Sampai Jumpa.


                        [1] Kevin J. Vanhoozer, Apakah Ada Makna Daam Teks ini?: Alkitab, pembaca, dan moralitas pengetahuan sastra (Surabaya: Momentum, 2013), Peny., Stevy Tilaar, pen., Jadi S. Lima, 50.

                        [2]Sacred Hermeneutik, 1. [diterjemahkan Langsung oleh penulis].

                        [3] metode,” https://kbbi.web.id/ (4 November 2019)

                        [4] Gripentrog, Diktat Kuliah: MMAP, 4.

No comments:

Post a Comment