klik link berikut untuk video ulasan:
Metode Waras Belajar Alkitab
“Belajar Alkitab pakai metode? Ngapain sih buang-buang waktu?” haha… Hari-hari ini banyak orang yang berpikir seperti itu dan sepertinya mereka terus bertambah setiap hari. Baik dari kalangan orang Kristen maupun non-Kristen. Mereka beranggapan, “untuk apa ‘metode’ dalam mempelajari Alkitab? Itukan buku rohani yang dapat dipahami sesuai kebutuhan. Vanhoozer bilang begini:
Metode Waras Belajar Alkitab
“Belajar Alkitab pakai metode? Ngapain sih buang-buang waktu?” haha… Hari-hari ini banyak orang yang berpikir seperti itu dan sepertinya mereka terus bertambah setiap hari. Baik dari kalangan orang Kristen maupun non-Kristen. Mereka beranggapan, “untuk apa ‘metode’ dalam mempelajari Alkitab? Itukan buku rohani yang dapat dipahami sesuai kebutuhan. Vanhoozer bilang begini:
Akhir-akhir ini, penafsiran teks
telah menjadi minat minoritas dan, menurut pendapat beberapa orang, tugas yang
mustahil. Pada masa kini, para kritikus mutakhir melihat motif pembaca sebagai
makna dari teks. Makna “penafsiran” itu sendiri telah bergeser; bukan sebagai
klaim pengetahuan dari penemuan yang seseorang buat mengenai makna teks, tetapi
penafsiran telah menjadi sebuah cara untuk merujuk apa yang pembaca buat terhadap teks. Penafsir gaya baru
ini tidak mengakui prinsip realitas (sebagaimana adanya), hanya prinsip
kenikmatan (sebagaimana yang aku ingini). [1]
Berbahaya bukan?
Jika ini terus berkembang, kita sudah bisa bayangkan bagaimana kebenaran akan
menjadi semakin nampak abu-abu dan absurd.
Kita tahu bahwa semua karya tulis haruslah dipahami sesuai dengan maksud
penulisnya, ia menuangkan maksud itu sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang
diyakininya tepat bagi karyanya. Ia tentu mengharapkan agar setiap pembaca
dapat mempelajari tulisan dan menemukan maksudnya sebagaimana ia menuliskannya.
Metode adalah hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan itu. Dalam sebuah
tulisan yang diberi judul Sacred
Hermeneutik dikatakan, “kita perlu
metode yang benar dari penafsiran agar tidak menjadi bingung, mana SUARA ALLAH
dan mana SUARA MANUSIA.”[2]
Apa sih metode
itu? Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan begini: “metode/me·to·de/ /métodé/ n (kata benda) 1 cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan;”[3]
Singkatnya kira-kira begini, “Mengerjakan langkah-langkah yang tertentu, dalam
urutan yang tertentu untuk menjamin hasil yang tertentu.”[4]
Misalnya kita
hendak memasak kue, ada langkah-langkah tertentunya, seperti mencari tahu
bahan-bahannya, menentukan biaya, membeli bahan, mempersiapkan peralatannya,
dan seterusnya. Lalu urut-urutannya, mungkin menuangkan tepung, lalu air,
selanjutnya diaduk, tambahkan gula, garam, atau bahan-bahan lainnya (anda yang
lebih tahu soal itu… hehe). Bayangkan jika kita tidak peduli dengan
langkah-langkah dan urutan-urutan dalam pembuatan kue ini, apakah akan tercipta
suatu kue yang lezat? Alih-alih kue lezat, malahan petakalah yang ada dalam
kue. Begitu pulalah dalam mempelajari teks Alkitab. Menggunakan metode adalah
keharusan.
Ada beberapa
nilai dari pemakaian metode dalam mempelajari Alkitab. Pertama, metode yang
baik akan menolong kita menghindari tiga hal: (1) menghindarkan kita dari
membuang waktu; (2) menghindari ketidakseksamaan/ketidaktelitian; (3)
Menghindari kedangkalan dalam pengertian dan pelayanan. Kedua, metode yang baik
memungkinkan tiga lagi bagi kita: (1) Memungkinkan kita berpikir/bergumul untuk
diri sendiri; (2) Memungkinkan kita mengalami sukacita dalam penemuan; dan (3)
Memungkinkan kita makin jatuh cinta dengan pengarang Alkitab, yaitu Allah
sendiri.
Nah sekarang,
jika memang kita harus menggunakan metode dalam mempelajari Alkitab, metode
apakah yang cocok? Jawabnya ialah metode induktif. Begini, biasanya ada dua
cara yang dipakai untuk mempelajari Alkitab, yakni yang disebut deduktif dan induktif. Deduktif artinya, penafsir Alkitab sudah mempunyai
kesimpulan tertentu sebelum dia mempelajari Alkitab. Karena itu ia menyelidiki
Alkitab dengan tujuan untuk mencari ayat-ayat yang mendukung kesimpulannya
tersebut. Lalu induktif artinya apa? Induktif adalah tidakan sebaliknya,
penafsir terlebih dahulu mencari data dan fakta Alkitab, kemudian ia menarik
kesimpulan berdasarkan data dan fakta yang ia temukan.
Jadi mengapa
harus induktif? Ya, sebab pendekatan yang memakai metode induktif merupakan
cara mempelajari Alkitab yang paling dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya
karena metode ini merupakan kesimpulan dari apa yang dinyatakan Allah sendiri
di dalam Alkitab.
Anda menyaksikan serial CAWABEKIS (Cara Waras Belajar Kitab Suci).
Untuk mendapat notifikasi tentang video terbaru dari channel ini, please, jangan malu-malu untuk like, subscribe, and share.
Pakai cara yang waras agar Kebenaran membuat Anda puas.
Saya Pieter Sunkudon. Sampai Jumpa.
No comments:
Post a Comment