https://youtu.be/R-EnTgRJDyo
Beberapa bulan yang lalu, Juni 2019 tepatnya, saya dipanggil untuk melayani di seminar kepada anak-anak muda, sebagai salah satu pembicara. Bersama saya, ada juga beberapa pembicara lain dalam seminar yang dilangsungkan tiga hari tersebut. Di antara kami ada seorang anak muda, yang dapat dikatakan sebagai “pembicara utama,” menurut CV-nya ia adalah seorang yang begitu disiplin dalam hal rohani, seperti membaca Alkitab 10 pasal setiap hari, berdoa berjam-jam, telah melayani sejak usia 9 tahun, bahkan terlibat dalam pelayanan sejak usia 6 tahun. “Wow!” begitulah kira-kira ekspresi saya mendengar itu semua. Sampai di sini, saya merasa sangat bersukacita, apabila ada orang-orang muda yang memberi diri untuk dipakai Tuhan dalam memberitakan Kabar Baik kepada semua orang. Saya teringat kepada nabi Samuel yang telah diserahkan oleh ibunya sejak kecil di bait Allah, sehingga TUHAN memakai dia sejak kecil (1 Samuel 1 – 3).
Kembali kepada pembicara muda
tadi. Dan tibalah saatnya beliau menjalankan tugasnya sebagai pembicara saat
itu. Untuk mempersingkat kisah saya tentang orang ini, saya katakan perasaan
saya saja, setelah mendengarnya berbicara, kecewa.
Kenapa? Sebab ia begitu jauh dari ekspektasi. Ia lari dari tema, isinya jauh
dari standar metodologi penelaahan Alkitab, bahkan penyampaiannya lemah. Poin
saya di sini bukanlah ingin merendahkannya secara personal, tetapi hanya
saja muncul pertanyaan besar dalam benak saya, jika ia mengaku telah melayani
begitu lama, berapa banyak orang yang telah dibawanya ke dalam penyimpangan
pemahaman teologi? Dan bagaimana jika dia tidak sendirian? Kemungkinan besar
ada banyak anak muda Kristen yang demikian. Semangat rohani yang berapi-api
namun pemahaman Alkitab yang minim.
Bayangkan apabila semangat rohani
yang menyala-nyala itu diimbangi dengan kebenaran Alkitab. Menurut saya,
pemahaman teologi dan kekudusan hidup dapat diibaratkan seorang yang
mengendarai sepeda, kuncinya ialah keseimbangan. Jika Anda berat sebelah maka
Anda tentulah akan jatuh. Saya yakin, semangat rohani yang demikian jika diimbangi
dengan pengetahuan teologi yang “mumpuni,” maka akan menjadi senjata yang
sangat kuat untuk membawa Kabar Baik kepada semua orang.
Nah, inilah tujuan saya
membuat video ini, dan Deo Volente
(atas perkenanan Tuhan), video-video selanjutnya. Sebab sejak hari itu, sepertinya ada beban
baru dalam hati saya untuk memberi kontribusi yang bersifat global, agar
rekan-rekan anak muda yang serupa itu mendapat masukan positif. Diperlengkapi
untuk pelayanan pendamaian yang Tuhan percayakan kepada kita, murid-murid-Nya.
Alasan kedua, mengapa saya
berbagi melalui video, adalah karena melihat betapa serangan-serangan dari
pihak orang bukan Kristen, yang begitu sistimatis, terstruktur dan massive
terhadap iman Kristen. Ada masalah serius dalam cara mereka memahami Alkitab. Merekapun
perlu diberi petunjuk tentang bagaimana memahami Alkitab. Yakni dengan
metodologi yang benar. Dengan demikian saya dapat melaksanakan firman Tuhan dalam 2 Korintus 10:5, “5
Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun
oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan
segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.”
Puji kepada Allah yang telah berfirman
“mulai dari sekarang apapun juga yang mereka
rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana (Kej. 11:6), sehingga Chad Hurley,
Steve Chen,
dan Jawed Karim, dapat mendirikan YouTube; Mark Zuckerberg
dkk mendirikan Facebook; bahkan Kevin Systrom dan Mike Krieger yang mendirikan Instagram.
Kita sekarang telah
tiba di zaman yang tidak terbatas ruang dan waktu dalam berbagi informasi. Saya
membayangkan, bagaimana Tuhan bekerja secara sistematis, terstrukur dan masiv
juga, dalam menolong kita melaksanakan Amanat Agung-Nya. Di sepanjang sejarah
kita telah menyaksikan bagaimana Dia menyediakan bahasa Internasioal, mulai
dari Funisia, Aram, Yunani, Inggris, bahkan bahasa persatuan kita, Indonesia
untuk mempermudah pengkomunikasian Injil. Bagaimana Tuhan menyediakan sarana
transportasi untuk perjalanan para misionari, sekarang Dia “menyediakan”
internet untuk pekerjaan ini.
Dan kita masih saja
membuat alasan? Saat kita mengeluh karena bahasa yang berbeda, Ia memberikan
bahasa yang dapat dipahami banyak orang, ketika kita mengeluh dengan perjalanan
yang sulit, Dia menyediakan sistem transportasi, sekarang apa lagi yang akan kita
katakan setelah diberikannya internet? Kabar Keselamatan di dalam Yesus
haruslah sampai ke ujung bumi, berapa dan apapun harganya. Itulah alasan ketiga
mengapa program ini kami buat.
Jika anda masih waras, ekh… maaf, maksud saya masih
penasaran dengan video-video selanjutnya, silahkan subscribe, lalu apabila
kuota masih cukup, share-lah kepada teman-teman Anda. Yesus Kristus, Penguasa
Jagad Raya itu, kiranya memberkati Anda. Amin.
Anda
menyaksikan serial terbaru di dunia maya, dan tentu terkeren (meski hanya di
pikiran saya). CAWABEKIS (Cara Waras Belajar Kitab Suci).
Saya: Pieter
Sunkudon.
No comments:
Post a Comment