Berikut link menuju video pembahasan ini:
https://youtu.be/2AXJtWRDHZ8
Jikalau tuduhan bahwa “kitab suci” adalah fiksi diarahkan kepada Alkitab, maka si penuduh sedang menyangkali paling tidak dua hal besar, pertama, fakta sejarah dalam Alkitab, yang mana telah ditegaskan oleh para “ekskavator…” ekh, maksudnya para arkeolog yang telah melakukan ekskavasi dan menemukan otentisitas informasi yang telah disajikan Alkitab selama ribuan tahun ini. Kedua, tentu sekaligus menyangkali bahwa Alkitab tercipta, melalui sekitar 40 penulis, dalam 66 buku, dalam rentang waktu kurang lebih 2000 tahun itu, oleh inspirasi Allah. Jadi dua persoalan akan kita hadapi dalam hal ini, persoalan metodologi dan keyakinan kepada Allah. Jika kita tidak bisa mempercayai bukti catatan sejarah dan hasil ekskavasi, lalu kita mau percaya apa?
https://youtu.be/2AXJtWRDHZ8
Jikalau tuduhan bahwa “kitab suci” adalah fiksi diarahkan kepada Alkitab, maka si penuduh sedang menyangkali paling tidak dua hal besar, pertama, fakta sejarah dalam Alkitab, yang mana telah ditegaskan oleh para “ekskavator…” ekh, maksudnya para arkeolog yang telah melakukan ekskavasi dan menemukan otentisitas informasi yang telah disajikan Alkitab selama ribuan tahun ini. Kedua, tentu sekaligus menyangkali bahwa Alkitab tercipta, melalui sekitar 40 penulis, dalam 66 buku, dalam rentang waktu kurang lebih 2000 tahun itu, oleh inspirasi Allah. Jadi dua persoalan akan kita hadapi dalam hal ini, persoalan metodologi dan keyakinan kepada Allah. Jika kita tidak bisa mempercayai bukti catatan sejarah dan hasil ekskavasi, lalu kita mau percaya apa?
Bukanlah
persoalan tentang pembuktian autentisitas yang akan dibahas dalam video ini
(saya akan membagikan link soal itu pada deskripsi ( https://www.youtube.com/watch?v=_23xU4h2Ia8 ). Kita akan bicara soal
campur tangan Ilahi kepada para pembaca Alkitab (kita sudah membahas campur
tangan ilahi kepada penulis dalam video sebelumnya). Pertama,kita bahas soal
definisi; Kedua, soal aplikasi.
Jika Roh Allah menguasai para penulis dalam menghasilkan tulisan Kitab
Suci disebut inspirasi maka terhadap
para pembaca ada karya Allah yang disebut dengan istilah iluminasi. Istilah ini diterjemahkan dari kata Yunani photizo (fwti/zw, NT:5461), dari kata dasar
phos,
"light," (Inggris: enlighten) artinya “menerangi,
menyinari.”[1]
Memang iluminasi terjadi juga atas
para penulis Alkitab, namun secara teknis istilah ini cenderung merujuk kepada “pelayanan/pekerjaan
Roh Kudus untuk menolong orang percaya agar dapat mengerti kebenaran Alkitab.”[2]
[demikian kata Ryrie]
Pak Benny Solihin juga membahas hal ini, dalam bukunya 7 Langkah Menyusun Khotbah yang Mengubah Kehidupan. Berdasarkan 2 Kor. 4:6, “6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” “ini berarti,” pak Solihin melanjutkan, “iluminasi Roh Kudus adalah bimbingan untuk memahami yang diinspirasikan-Nya… Ia terlibat dalam proses penafsiran (hermeneutik) karena Ia adalah Roh Kebenaran.”[3] Yesus berkata, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran . . .” (Yoh. 16:13a). Beliaupun menutup paragraf pertama dalam pembahasan tentang “iluminasi” ini dengan kalimat “Alkitab hanya dapat ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus”[4] Billy Graham berkata, “Today the Holy Spirit illuminates the minds of people, makes us yearn for God, and takes spiritual truth and makes it understandable to us.” (“Hari ini [pada masa ini] Roh Kudus menerangi pikiran orang-orang, membuat kita merindukan Tuhan, dan mengambil kebenaran rohani dan membuatnya dapat dipahami”). [5] [Menurut saya penjelasan ini cukup untuk mendefinisikan istilah iluminasi).
Jika demikian, sadarkah kita tentang betapa
pentingnya bimbingan Roh Kudus kepada setiap pembaca atau pembelajar atau
bahkan sampai kepada pemberita firman dalam memahami teks Kitab Suci? Tidak ada
penafsir Injili, yakni mereka yang meyakini Alkitab sebagai landasan hidup,
yang akan menyangkali keutamaan peran Roh Kudus dalam menggumuli Firman Tuhan. Kita
tentu mengenal para hamba Tuhan yang telah membawa pengaruh besar dalam sejarah
perkembangan teologi Alkitabiah, seperti Agustinus, Calvin, Luther, Jonathan
Edwards, George Muller, Billy Graham dan masih banyak lagi. Semua mengakui akan
peran Roh Hikmat itu.
Sekarang bagaimanakah agar kuasa Roh Kudus itu
dapat menguasai kita sepenuhnya demi memahami firman-Nya? Pak Noor Anggraito,
baru saja menerbitkan sebuah buku dengan judul yang terkesan sangat “gaul gitu”
(begitu kata anak muda sekarang), Tuhan
Ngomong. Yaa, itulah judulnya. Kesannya ringan namun isinya sangat
berbobot. Sungguh tulisan yang mengundang rasa penasaran. Nah, soal pertanyaan
di atas, tulisan beliau berikut dapat merupakan jawaban,
… percayalah bahwa Kitab
Suci itu produk dari Tuhan sendiri. Kita harus berdoa sungguh-sungguh dan mohon
pertolongan dan pencerahan dari Tuhan, karena Dialah yang empunya firman dan
biarlah Dia berfirman kepada Anda. Tetapi juga dekati kebenaran firman Tuhan
dalam Kitab Suci dengan pendekatan yang benar.[6]
Memang “gampang-gampang susah yaa?”.
Anda menyaksikan Serial CAWABEKIS (Cara Waras Belajar
Kitab Suci).
Saya: Pieter Sunkudon.
No comments:
Post a Comment