Sikap yang "waras" untuk belajar FT
“Ada tiga perspektif yang sangat penting
untuk diketahui agar dapat memiliki pemahaman yang tepat dari pekerjaan
penafsiran”[1] demikian kata Osborne.
“Pertama, hermeneutik merupakan ilmu pengetahuan. . .; Kedua, hermeneutik merupakan
suatu seni. . .; Ketiga. . . hermeneutik merupakan suatu tindakan rohani,
bergantung pada pimpinan Roh Kudus.”[2]
Sebagai ilmu
pengetahuan dan seni, berarti proses mempelajari Firman Tuhan ini akan
melibatkan, pertama nalar atau akal budi kemudian juga imajinasi dan
keterampilan kita. Ingatkan bagaimana Tuhan Yesus menjawab seorang ahli taurat yang mencobai-Nya dengan
bertanya, 36 "Guru, hukum manakah yang
terutama dalam hukum Taurat?" 37
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (Mat. 22:36-37). Pehatikan bahwa, kata “akal budi” di sana diterjemahkan
dari kata Yunani dia,noia (dianoia) artinya: mind, understanding, intelligence (pikiran,
pengertian, inteligensi). Dalam hal ini, menurut saya tindakan mempelajari
Firman Allah adalah salah satu bukti kasih kepada Allah.
Sebelum
kita memikirkan metode mempelajari Firman Tuhan itu (ini berhubungan dengan
akal, ketrampilan, serta imajinasi kita), kita harus terlebih dahulu memikirkan
keadaan hati kita (ini tentu berhubungan dengan kerohanian kita). Ya, kali ini
kita akan bicara tentang bagaimana sikap yang “waras” dalam mempelajari Firman
Tuhan. [3]
Amsal
2:1-6 akan menjadi landasan pembahasan ini:
Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan
menyimpan perintahku di dalam hatimu, 2
sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu
kepada kepandaian, 3 ya,
jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada
kepandaian, 4 jikalau engkau
mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta
terpendam, 5 maka engkau akan
memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan
Allah. 6 Karena Tuhanlah yang
memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Ams.
2:1-6).
Teks
ini menunjukan kepada kita bahwa, paling tidak ada empat sikap yang harus
dimiliki seorang pembelajar Alkitab. Pertama, sikap yang mau belajar dan
terbuka untuk diajar (ay. 1,2). Sebagai manusia berdosa, yang lahir dan terjual
di pasar dosa, tentulah kita telah terpapar dengan konsep dunia begitu lama,
lingkungan dosa itu telah membangun kerangka yang sangat kokoh dalam diri kita
sehingga pada saat berhadapan dengan kebenaran, pastilah akan ada gejolak dalam
jiwa, kita terkejut telah berhadapan dengan cermin Kebenaran yang bernama
Alkitab, ia sedang menunjukan segala keburukan kita. Ada dua pilihan bagi kita,
menyingkirkan atau bahkan menghancurkan cermin itu, atau bersedia untuk
dibersihkan.
Kedua,
sikap yang bergantung pada Allah untuk mengerti firman-Nya (ay. 3). Sikap ini
menuntut dua syarat: pertama, seseorang harus dilahirkan kembali. Paulus dalam
1 Kor. 2:14-15 berkata, “14Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa
yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan
ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara
rohani. 15 Tetapi manusia
rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang
lain.” Syarat yang kedua ialah, kita harus diajar oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus
dalam Yohanes 16:13-15 berkata,
13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke
dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya
sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. 14 Ia akan memuliakan Aku, sebab
Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. 15 Segala sesuatu yang Bapa punya,
adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang
diterimanya dari pada-Ku."
Sikap
yang Ketiga ialah, sikap yang rajin dan bertekun (ay. 4). Nah, jangan mengira
bahwa setelah berserah kepada Roh Kudus lalu kita dapat mengabaikan kerajinan
dan ketekunan. Pelayanan Roh Kudus sebagai guru kita tidak berarti bahwa kita
tidak harus berusaha untuk mengerti Alkitab. Jadi pengertian yang tepat akan isi
Alkitab tidak terjadi secara otomatis tanpa usaha kita. 2 Timotius 2:15 berkata “15 Usahakanlah supaya engkau
layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang
berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”
Yang
terakhir adalah sikap yang positif atau optimistis (ay. 5-6). Kelihatannya ayat
5 & 6 adalah kesimpulan dari ayat 1-4. Apabila kita rangkum keseluruhan
bagian tersebut (ayat 1-6), maka dapat merupakan sebuah kalimat demikian:
“Kalau kita (1) Terbuka; (2) Bergantung; dan (3) Rajin, maka kita akan mendapat
pengertian dan hikmat.”
Anda
sedang menyaksikan serial CAWABEKIS (Cara Waras Belajar KItab Suci).dan ini
adalah episode ke-5. Jadilah pencinta firman. Dan, please like, Comment, and
Share video ini jika Anda diberkati.
Saya Pieter Sunkudon. Sampai jumpa.