Search This Blog

Thursday, October 31, 2019

CAWABEKIS: Cara Waras Belajar Kitab Suci || eps.005 || Sikap yang "waras" Untuk Belajar Firman Tuhan (Ams. 2:1-6)

 Klik link untuk video ulasan ini:
Sikap yang "waras" untuk belajar FT

                  “Ada tiga perspektif yang sangat penting untuk diketahui agar dapat memiliki pemahaman yang tepat dari pekerjaan penafsiran”[1] demikian kata Osborne. “Pertama, hermeneutik merupakan ilmu pengetahuan. . .; Kedua, hermeneutik merupakan suatu seni. . .; Ketiga. . . hermeneutik merupakan suatu tindakan rohani, bergantung pada pimpinan Roh Kudus.”[2]
                  Sebagai ilmu pengetahuan dan seni, berarti proses mempelajari Firman Tuhan ini akan melibatkan, pertama nalar atau akal budi kemudian juga imajinasi dan keterampilan kita. Ingatkan bagaimana Tuhan Yesus menjawab seorang ahli taurat yang mencobai-Nya dengan bertanya,   36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"  37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (Mat. 22:36-37). Pehatikan bahwa, kata “akal budi” di sana diterjemahkan dari kata Yunani dia,noia (dianoia) artinya: mind, understanding, intelligence (pikiran, pengertian, inteligensi). Dalam hal ini, menurut saya tindakan mempelajari Firman Allah adalah salah satu bukti kasih kepada Allah.
      Sebelum kita memikirkan metode mempelajari Firman Tuhan itu (ini berhubungan dengan akal, ketrampilan, serta imajinasi kita), kita harus terlebih dahulu memikirkan keadaan hati kita (ini tentu berhubungan dengan kerohanian kita). Ya, kali ini kita akan bicara tentang bagaimana sikap yang “waras” dalam mempelajari Firman Tuhan. [3]
      Amsal 2:1-6 akan menjadi landasan pembahasan ini:
Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,  2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,  3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,  4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,  5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.  6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Ams. 2:1-6).
                  Teks ini menunjukan kepada kita bahwa, paling tidak ada empat sikap yang harus dimiliki seorang pembelajar Alkitab. Pertama, sikap yang mau belajar dan terbuka untuk diajar (ay. 1,2). Sebagai manusia berdosa, yang lahir dan terjual di pasar dosa, tentulah kita telah terpapar dengan konsep dunia begitu lama, lingkungan dosa itu telah membangun kerangka yang sangat kokoh dalam diri kita sehingga pada saat berhadapan dengan kebenaran, pastilah akan ada gejolak dalam jiwa, kita terkejut telah berhadapan dengan cermin Kebenaran yang bernama Alkitab, ia sedang menunjukan segala keburukan kita. Ada dua pilihan bagi kita, menyingkirkan atau bahkan menghancurkan cermin itu, atau bersedia untuk dibersihkan.
                  Kedua, sikap yang bergantung pada Allah untuk mengerti firman-Nya (ay. 3). Sikap ini menuntut dua syarat: pertama, seseorang harus dilahirkan kembali. Paulus dalam 1 Kor. 2:14-15 berkata, “14Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.  15 Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain.” Syarat yang kedua ialah, kita harus diajar oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus dalam Yohanes 16:13-15 berkata,
13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.  14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.  15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."
                  Sikap yang Ketiga ialah, sikap yang rajin dan bertekun (ay. 4). Nah, jangan mengira bahwa setelah berserah kepada Roh Kudus lalu kita dapat mengabaikan kerajinan dan ketekunan. Pelayanan Roh Kudus sebagai guru kita tidak berarti bahwa kita tidak harus berusaha untuk mengerti Alkitab. Jadi pengertian yang tepat akan isi Alkitab tidak terjadi secara otomatis tanpa usaha kita. 2 Timotius 2:15 berkata15 Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”
                  Yang terakhir adalah sikap yang positif atau optimistis (ay. 5-6). Kelihatannya ayat 5 & 6 adalah kesimpulan dari ayat 1-4. Apabila kita rangkum keseluruhan bagian tersebut (ayat 1-6), maka dapat merupakan sebuah kalimat demikian: “Kalau kita (1) Terbuka; (2) Bergantung; dan (3) Rajin, maka kita akan mendapat pengertian dan hikmat.”
                  Anda sedang menyaksikan serial CAWABEKIS (Cara Waras Belajar KItab Suci).dan ini adalah episode ke-5. Jadilah pencinta firman. Dan, please like, Comment, and Share video ini jika Anda diberkati. 
Saya Pieter Sunkudon. Sampai jumpa.


                        [1] Osborne, Spiral Hermeneutik, 2.
                        [2] Ibid.
                        [3] Diadaptasi dari Greg Gripentrog, Diktat Kuliah: Hermeneutik (Sem. I,II,III), STTII Yogyakarta, t.t.

Tuesday, October 22, 2019

CAWABEKIS: Cara Waras Belajar Kitab Suci || eps.004 || Iluminasi: Apa “si”?


Berikut link menuju video pembahasan ini:
https://youtu.be/2AXJtWRDHZ8
                  Jikalau tuduhan bahwa “kitab suci” adalah fiksi diarahkan kepada Alkitab, maka si penuduh sedang menyangkali paling tidak dua hal besar, pertama, fakta sejarah dalam Alkitab, yang mana telah ditegaskan oleh para “ekskavator…” ekh, maksudnya para arkeolog yang telah melakukan ekskavasi dan menemukan otentisitas informasi yang telah disajikan Alkitab selama ribuan tahun ini. Kedua, tentu sekaligus menyangkali bahwa Alkitab tercipta, melalui sekitar 40 penulis, dalam 66 buku, dalam rentang waktu kurang lebih 2000 tahun itu, oleh inspirasi Allah. Jadi dua persoalan akan kita hadapi dalam hal ini, persoalan metodologi dan keyakinan kepada Allah. Jika kita tidak bisa mempercayai bukti catatan sejarah dan hasil ekskavasi, lalu kita mau percaya apa?

                  Bukanlah persoalan tentang pembuktian autentisitas yang akan dibahas dalam video ini (saya akan membagikan link soal itu pada deskripsi ( https://www.youtube.com/watch?v=_23xU4h2Ia8 ). Kita akan bicara soal campur tangan Ilahi kepada para pembaca Alkitab (kita sudah membahas campur tangan ilahi kepada penulis dalam video sebelumnya). Pertama,kita bahas soal definisi; Kedua, soal aplikasi.

                  Jika Roh Allah menguasai para penulis dalam menghasilkan tulisan Kitab Suci disebut inspirasi maka terhadap para pembaca ada karya Allah yang disebut dengan istilah iluminasi. Istilah ini diterjemahkan dari kata Yunani photizo (fwti/zw, NT:5461), dari kata dasar phos, "light," (Inggris: enlighten) artinya “menerangi, menyinari.”[1] Memang iluminasi terjadi juga atas para penulis Alkitab, namun secara teknis istilah ini cenderung merujuk kepada “pelayanan/pekerjaan Roh Kudus untuk menolong orang percaya agar dapat mengerti kebenaran Alkitab.”[2] [demikian kata Ryrie]

 Pak Benny Solihin juga membahas hal ini, dalam bukunya 7 Langkah Menyusun Khotbah yang Mengubah Kehidupan. Berdasarkan 2 Kor. 4:6, “6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” “ini berarti,” pak Solihin melanjutkan, “iluminasi Roh Kudus adalah bimbingan untuk memahami yang diinspirasikan-Nya… Ia terlibat dalam proses penafsiran (hermeneutik) karena Ia adalah Roh Kebenaran.”[3] Yesus berkata, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran . . .” (Yoh. 16:13a). Beliaupun menutup paragraf pertama dalam pembahasan tentang “iluminasi” ini dengan kalimat “Alkitab hanya dapat ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus”[4] Billy Graham berkata, “Today the Holy Spirit illuminates the minds of people, makes us yearn for God, and takes spiritual truth and makes it understandable to us. (“Hari ini [pada masa ini] Roh Kudus menerangi pikiran orang-orang, membuat kita merindukan Tuhan, dan mengambil kebenaran rohani dan membuatnya dapat dipahami”). [5] [Menurut saya penjelasan ini cukup untuk mendefinisikan istilah iluminasi).
           
                  Jika demikian, sadarkah kita tentang betapa pentingnya bimbingan Roh Kudus kepada setiap pembaca atau pembelajar atau bahkan sampai kepada pemberita firman dalam memahami teks Kitab Suci? Tidak ada penafsir Injili, yakni mereka yang meyakini Alkitab sebagai landasan hidup, yang akan menyangkali keutamaan peran Roh Kudus dalam menggumuli Firman Tuhan. Kita tentu mengenal para hamba Tuhan yang telah membawa pengaruh besar dalam sejarah perkembangan teologi Alkitabiah, seperti Agustinus, Calvin, Luther, Jonathan Edwards, George Muller, Billy Graham dan masih banyak lagi. Semua mengakui akan peran Roh Hikmat itu.

                  Sekarang bagaimanakah agar kuasa Roh Kudus itu dapat menguasai kita sepenuhnya demi memahami firman-Nya? Pak Noor Anggraito, baru saja menerbitkan sebuah buku dengan judul yang terkesan sangat “gaul gitu” (begitu kata anak muda sekarang), Tuhan Ngomong. Yaa, itulah judulnya. Kesannya ringan namun isinya sangat berbobot. Sungguh tulisan yang mengundang rasa penasaran. Nah, soal pertanyaan di atas, tulisan beliau berikut dapat merupakan jawaban,
… percayalah bahwa Kitab Suci itu produk dari Tuhan sendiri. Kita harus berdoa sungguh-sungguh dan mohon pertolongan dan pencerahan dari Tuhan, karena Dialah yang empunya firman dan biarlah Dia berfirman kepada Anda. Tetapi juga dekati kebenaran firman Tuhan dalam Kitab Suci dengan pendekatan yang benar.[6]
                  Memang “gampang-gampang susah yaa?”.

Anda menyaksikan Serial CAWABEKIS (Cara Waras Belajar Kitab Suci).
Saya: Pieter Sunkudon.


                        [1] PC Study Bible: “enlightenVine's Expository Dictionary of Biblical Words, Copyright © 1985, Thomas Nelson Publishers.)
                        [2] Charles C. Ryrie, Teologi dasar., Jil. 1, bag. III: Alkitab Diilhamkan Allah (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1992), diterjemahkan oleh Yan Anthony, 135.
                        [3] Benny Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah yang Mengubah Kehidupan (Malang: Literatur SAAT, 2014), disunting oleh: Emma Maspaitella & Daltur Rendakasiang, 37.
                        [4] Ibid.
                        [5] https://billygraham.org/devotion/the-holy-spirit/ [terj.langsung].
                        [6] Noor Anggraito, Tuhan Ngomong (Surakarta: Lembaga Literatur El-Shadday, 2019), 38.

Tuesday, October 8, 2019

CAWABEKIS (Cara Waras Belajar Kitab Suci) eps. 003: Wahyu: Bukan Perkataan Allah?


 2 Tim. 3:16a

“16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar. . .”


 silahkan klik link di bawah ini untuk melihat video:

            Pembahasan kali ini masih merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya, yakni berkenaan dengan teks 2 Timotius 3:14-17. Dalam paragraf tersebut ada satu klausa yang penting untuk dikaji lebih dalam sehingga kita menemukan terjemahan yang lebih mendekati bunyi asli. Mengapa ini perlu? Sebab akan mempengaruhi padangan dasar kita terhadap Alkitab Firman Allah itu.



            Kita langsung saja. Klausa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar. . .” diterjemahkan dari bahasa Yunani “pa/sa grafh. qeo,pneustoj kai. wvfe,limoj” (pasa grafee Teopneustos kai ofelimos). Pertama, pasa grafee, artinya “tiap nas (Kitab Suci)= segala yang tertulis dalam Kitab Suci.” (B. F. Drewes 2011)[1] Sementara itu berdasarkan konteks dekatnya ayat 15, pasa grafee yang dimaksud adalah menunjuk pada hiera grammata (Kitab Suci) yang diyakini sebagai kanon oleh orang Yahudi yaitu Perjanjian Lama, kemudian oleh gereja mula-mula yaitu juga seluruh Perjanjian Baru. Itulah alasan mengapa kita harus percaya bahwa Alkitab diilhamkan baik verbal maupun plenary.



            Kedua, mari terlebih dahulu kita simak beberapa terjemahan berikut: KJV, “All scripture is given by inspiration of God, and is profitable for doctrine” (terj.: semua tulisan adalah diberikan oleh inspirasi Allah, dan adalah bermanfaat untuk doktrin). NASB, “All Scripture is inspired by God and profitable for teaching…” (terj.: semua tulisan adalah diinspirasikan oleh Allah dan bermanfaat untuk mengajar), dan BIS, “Semua yang tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar.”



            Perhatikanlah hubungan frase “segala tulisan” dengan klausa “yang diilhamkan Allah memang bermanfaat (TB).” Teks Yunani dari bagian ini, menunjukan ada kata benda, grafee yang diikuti dua kata sifat, teopneustos kai ofelimos tanpa artikel. Menurut kaidah bahasa Yunani Koine, kata sifat dalam hubungannya dengan kata benda dapat berposisi sebagai atributif atau predikatif.[2]



Dalam penjelasannya Petrus Maryono, pakar Perjanjian Baru dari Dalas Theological Seminary itu melanjutkan bahwa, klausa ini harus diterjemahkan, “seluruh kitab suci itu diilhamkan Allah dan bermanfaat….” Hal ini senada dengan penjelasan dalam Jamieson, Fausset, and Brown Commentary, bahwa “Posisi kedua kata sifat Yunani [Theopneustos kai ofelimos] tak dapat mengambil yang satu sebagai julukan, sementara yang lain sebagai predikat…. Kata sifat sangat terkait erat, bahwa karena yang satu adalah predikat maka yang lain juga harus begitu.[3] Jadi, tidak ada lagi yang dapat dicurigai dari frase terjemahan “yang diilhamkan” mengingat apabila ada kata “yang” di sana maka dapat dimaknai “ada tulisan yang tidak diilhamkan.”



            Jika pertanyaannya adalah bagian mana dalam Alkitab yang merupakan ilham atau wahyu Allah? jawabnya ialah “seluruh tulisan.” Wahyu Allah dalam hal ini bukan menunjuk pada “perkataan Allah” semata. Inilah perbedaan konsep yang cukup menonjol antara “wahyu Allah” menurut Alkitab dengan “wahyu Allah” dalam agama lain, Islam misalnya, di mana dalam syariat Islam, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, itu menurut pengertian sederhana dari Wikipedia.



            Jadi, sekali lagi, yang dimaksud dengan Wahyu Allah dalam teks ini adalah tulisan para penulis Alkitab, yang dikuasai oleh Roh Kudus sedemikian rupa, yakni tanpa mengesampingkan karakter dan latar belakang mereka masing-masing, kemudian menghasilkan Tulisan yang murni, benar tanpa salah, atau istilah yang biasa dipakai para pakar, ineransi.[4]

Anda masih dalam Serial CAWABEKIS (Cara Waras Belajar Kitab Suci).

Tetap semangat belajar firman agar bertumbuh. Imanuel.



Saya: Pieter Sunkudon. Sampai Jumpa.





                  [1]B.F. Drewes, Wilfrid Haubeck, Heinrich von Siebenthal, Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru: Surat Roma Hingga Kitab Wahyu, vol. 2 (Jakarta: BPK Gunung  Mulia, 2011), 233.


                  [2]lih. Petrus Maryono, Diktat Kuliah: Yunani III, Gramatika & Sintaksis Bahasa Yunani PB, STTII Yogyakarta, 61.


                  [3] PC Study Bible V5: Jamieson, Fausset, dan Brown Commentary, Database Elektronik. Hak cipta © 1997, 2003, 2005, 2006 oleh Biblesoft, Inc. All rights reserved.) [terj.langsung]



                  [4]Lih. Arnold Tindas, Inerrancy: Ketaksalahan Alkitab (Jakarta: Harvest International Theological Seminary (HITS), 2007).