Search This Blog

Wednesday, January 11, 2017

Protoevangelium (Kej. 3:15)

Pendahuluan
Ingatkah saudara akan sebuah istilah yang populer dalam pelajaran sejarah di sekolah dulu? Yakni devide et impera. Istilah ini berasal dari bahasa spanyol yang dalam bahasa indonesia menjadi “belah dan kuasai.” ini dikenal juga dengan politik “adu domba.”
Strategi ini yang digunakan oleh kaum penjajah dalam upaya menguasai sebuah daerah. Sebut saja, Spanyol adalah yang pertama, kemudian diikuti oleh beberapa negara Eropa lainnya. 
Strategi politik klasik inilah yang dipakai Iblis kala menyerang manusia di Eden. Ini dilakukannya sebelum manusia itu sadar akan kehadiran musuh itu. 
Iblis berhasil memutuskan hubungan manusia dengan sekutunya, yaitu Allah Sang Pencipta. 
Manusia mengalami kekalahan yang sangat besar ketika pertempuran baru saja dimulai, bahkan ketika manusia belum menyadari bahwa perang sudah berlangsung. 
Di sana manusia terluka sangat parah yang berakibat kematian. Manusia kalah di awal pertempuran. Itulah sebabnya, hingga kini, bagaimanapun kerasnya kita berusaha, tanpa pertolongan Allah, kita tidak akan mampu memenangkan pertempuran melawan Iblis.
[Satu-satunya cara Allah menolong manusia utk memenangkan pertempuran melawan Iblis adalah mengutus Panglima Besar-Nya, yaitu Mesias Anak Allah, untuk turun langsung dalam pertempuran itu].
Dan Kej. 3:15 adalah berita kemenangan pertama kali dikumandangkan. Inilah yang disebut protoevangelium(lih. Wikipedia). 
Apakah yang dilakukan Mesias/Kristus, Panglima Besar itu dalam kedatangan-Nya untuk memenangkan pertempuran bersama dengan kita?
I. Dia Menjelma Menjadi Manusia/Inkarnasi.
A. Penjelasan
“Keturunan perempuan” menunjuk pada bagaimana natur Mesias yang akan datang itu nantinya. Mengingat pihak yang terlibat langsung dalam pertempuran itu adalah manusia, yang telah “rusak” maka Jenderal ilahi itu harus  menjadi manusia (Yoh. 1:14), agar dapat memimpin langsung pertempuran.
Adapun Istilah “keturunan” di sini berbentuk maskulin tunggal, dalam bahasa Ibrani. Sehingga keturunan perempuan itu menunjuk kepada seorang laki-laki. Kemudian dalam Roma 16:20 dia disebut “Allah damai sejahtera” yang diidentifikasi sebagai Tuhan Yesus Kristus.
Peristiwa besar ini, dalam pelajaran teologi dikenal dengan istilah “inkarnasi.”  inkarnasi itupun diambil dari bahasa Latin en karne sebagai padanan istilah Yunani en sarki, artinya “ke dalam daging.”
Ini bukanlah hal sederhana atau sepele, bayangkan saja, Allah, Penguasa Semesta, Maha Kudus, Ilahi, dan tak terbatas harus datang ke dunia yang telah rusak, menjadi manusia yang terbatas dan mengalami berbagai pergumulan ragawi.
Menurut saya ini butuh perjuangan yang berat. Harga diri harus dipertaruhkan. Inilah yang dikemukakan Paulus dalam Filipi 2:6-8, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Kristus rela menurunkan “strataNya” demi kemenangan kita. 
B. Ilustrasi
“Di dalam kegelapan malam yang kelam di sebuah kapal perang, tiba-tiba sang Kapten dikagetkan sebuah sinar terang yang langsung mengarah ke kapalnya, dan ia sadar bahwa kapalnya sedang berada dalam jalur yang akan bertabrakan dengan sumber terang itu. Ia bergegas ke radio dan ingin mengirimkan pesan darurat, untuk meminta kapal di kegelapan kabut itu merubah jalurnya. Beberapa detik kemudian, justru ia menerima sebuah pesan dari seberang kapalnya yang berkata “Disini Kapten Jeremia Smith, saya meminta Anda merubah jalur Anda sepuluh derajat ke Selatan, ganti!.”
Mendengar permintaan itu Kapten kapal itu itu menjadi marah dan mengirimkan pesannya dengan tegas, “Kapten Smith, di sini Thomas Johnson, Saya memintamu merubah jalurmu sepuluh derajat ke selatan, ganti!.” Mendengar ketegasan dan teriakan suara dari kapten kapal itu, dari arah sinar di seberang itu membalas pesan dengan lebih tegas lagi “Kapten Thomas Johnson, disini kapten Smith, dan saya perintahkan Anda untuk mengubah arah Anda sepuluh derajat ke utara, ganti! Kapten kapal itu kemudian membalas dengan cukup tegas dan berotoritas: “kapten Smith, dengan segala hormat,  dan dengan otoritas pemerintah Amerika Serikat saya memerintahkan Anda untuk sesegera mungkin mengubah jalurmu sepuluh derajat ke selatan! Ini adalah kapal perang.”
Dari seberang menjawab lagi, “Disini kapten Smith pak! Sekali lagi dengan segala hormat Saya memerintahkan Anda untuk mengubah arah Anda sesegera mungkin sepuluh derajat ke utara! Disini adalah sebuah Mercusuar! [Sumber: Hot Illustrations for Youth Talks].
C. Aplikasi
Betapa sulitnya manusia itu mengalah. Manusia selalu ingin naik pada posisi teratas dan setelah ia berada di sana, akan sedapat mungkin menggunakan kesempatan untuk menunjukan otoritasnya. Bukankah ini yang dilakukan Iblis terhadap Allah?
Bukan demikian dengan Kristus, Ia rela turun dari tahtaNya di sorga, merendahkan diri demi menyelamatkan kita dari kebinasaan.
Sudahkah saudara meneladani Dia? Relakah saudara jika harus mengorbankan harga diri demi keselamatan orang lain? Menjadi lebih rendah bagi orang lain?
Inilah dasar melayani itu bukan? Berada lebih rendah di hadapan orang supaya dapat melayani.
II. Dia Rela Menderita
A. Penjelasan
“Tumitnya akan diremukan” berarti bahwa kemenangan menuntut pengorbanan. Berdasarkan Injil Sinoptik akhirnya kita tahu bahwa ini menunjuk pada peristiwa yang dialami oleh Tuhan Yesus di Kalvari.
Kemenangan Kristus diraih dengan pengorbanan.
B. Ilustrasi
Pengorbanan Seorang Sahabat
Dalam buku To End All Wars, Ernest Gordon menceritakan kisah nyata sekelompok tahanan perang yang bekerja di Jawatan Kereta Api Birma selama Perang Dunia II. Adegan tersebut menjadi lebih tidak terlupakan karena difilmkan dengan judul yang sama.
Tugas hari itu sudah selesai; alat-alat yang digunakan sedang dihitung, seperti biasa. Ketika kelompok itu hampir dibubarkan, sang tentara Jepang berseru bahwa ada sebuah sekop yang hilang. Ia bersikeras bahwa salah seorang tahanan telah mencurinya untuk dijual kepada orang-orang Thailand. Sambil melangkah kian kemari di hadapan para tahanan itu, ia meneriaki dan mengutuki mereka karena kejahatan mereka, dan yang paling tidak termaafkan adalah sikap mereka yang tidak tahu terima kasih kepada Kaisar. Saat ia berteriak-teriak tanpa kendali, kemarahannya makin menjadi-jadi. Sambil menjerit dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah, ia menuntut agar orang yang bersalah maju satu langkah ke depan untuk menerima hukumannya. Tidak ada yang bergerak; kemarahan tentara itu sudah mencapai puncaknya.
“Semua mati! Semua mati!” ia memekik.
Untuk menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh dengan perkataannya, ia mengangkat senapannya, menaruhnya di bahunya dan membidik, siap untuk menembak orang pertama yang ada di hadapannya.
Pada saat itu sang Argyll (julukan untuk tentara Skotlandia) maju ke depan, berdiri dengan tegap dan penuh hormat, dan berkata dengan tenang, “Saya pelakunya.”
Tentara itu melampiaskan seluruh kebenciannya yang telah memuncak; ia menendang tahanan yang tidak berdaya itu dan memukulnya dengan tinjunya. Sang Argyll tetap saja berdiri dengan tegap dan penuh hormat, dengan darah mengucur di wajahnya. Ketenangannya membuat amukan si tentara semakin menjadi-jadi. Sambil memegang laras senapannya, ia mengangkat senapan itu tinggi-tinggi di atas kepalanya dan sambil meraung, ia menghantamkan gagang senapan itu ke tengkorak si Argyll, yang langsung limbung dan terkapar di tanah, tidak bergerak. Meskipun jelas bahwa ia sudah mati, si tentara terus memukulinya dan baru berhenti ketika ia sudah lelah.
Para pekerja mengangkat mayat rekan mereka, menggantungkan peralatan mereka di bahu dan melangkah dalam barisan untuk kembali ke kamp. Ketika peralatan itu dihitung sekali lagi di rumah jaga, tidak ada sekop yang hilang.
Tentara itu telah salah menghitung. Sang prajurit muda yang maju ke depan tidak mencuri sebuah sekop. Ia memberikan nyawanya untuk teman-temannya. (sumber: blog pribadi Paulus Roi)
Yoh. 15:13
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
C. Aplikasi
Iblis dan “keturunannya” akan terus mengadakan perlawanan terhadap Kristus, dan terus mengupayakan penderitaan bagi para pengikut Kristus, orang percaya. Tidak heran jika di sepanjang sejarah, orang Kristen selalu teraniaya. Namun perhatikanlah, justru dalam penganiayaanlah kekristenan itu pesat bertumbuh, itulah sebabnya Yusuf Roni menulis, (kekristenan itu) dihambat tapi merambat.” Dan kemerosotan malah terjadi ketika situasi sedang nyaman.
Kita tahu bahwa Kristus telah berkorban habis-habisan bagi kita, demi kemenangan kita,  perjuangan ini menuntut pengorbanan, mungkin itu harta benda, harga diri, atau bahkan nyawa. Relakah kita berkorban bagi Dia?
III. Dia Meraih Kemenangan
A. Penjelasan
Kristus dan pengikutNya akan mengalami penderitaan, tetapi musuh telah dilumpuhkan. Kepalanya telah diremukan, ia tidak mematikan lagi. Hanya kebasan ekor saja yg bertahan darinya.
B. Ilustrasi: video bangkit dan jatuhnya Iblis (baca Why. 20:10) (YouTube).
C. Aplikasi
Lihatlah, Kristus sudah menang. Mengapa masih terlalu percaya diri, tidak mau bergantung mutlak kepada Kristus?
Penutup
Jika saudara selama ini merasa “kalah” ingatlah bahwa Kristus sudah menang, tidak ada yang dapat menahannya, bahkan maut sekalipun.
Percayakanlah hidupmu hanya kepada-Nya, sebab hanya di dalam Dialah kemenangan, yakni keselamatan kekal kita terjamin.
Amin
pietersunkudon.wordpress.com

No comments:

Post a Comment