Search This Blog

Wednesday, January 11, 2017

Deo Volente (Yak. 4:13)

[Deo Volente (God being willing [since 1763]; if nothing prevents it; jika Allah menghendakinya)]
Pendahuluan
Satu istilah yang biasanya menjadi trend ketika memasuki tahun baru adalah, resolusi. Artinya, keputusan; pemecahan; ketetapan; kebulatan; putusan; ketetapan hati; kebulatan hati; keteguhan hati; pendirian teguh.
Orang mulai membayangkan cita-cita, menyusun rencana, lalu dengan tekad yang bulat mulai melakukan sesuatu demi meraih keinginan mereka. Mobil, rumah, ketenaran, kedudukan, dan hal-hal lain yang dianggap memuaskan hasrat seseorang.

Rasanya tidak ada yang salah jika seseorang memiliki tekad yang kuat untuk mencapai sesuatu, namun ingatlah bahwa kepercayaan diri yang berlebihan justru sangat berbahaya. Terlebih, hal itu dibenci Tuhan.
Adalah bijaksana apabila dalam merencanakan masa depan, kita berserah kepada Allah, sembari berkata, jika Tuhan menghendakinya, maka saya akan melakukan ini dan itu,

Mengapa demikian?
I. Sebab Hari Esok itu Misteri bagi Manusia (Yak. 4:14a)
A. Penjelasan
Rupanya penerima surat Yakobus adalah para pedagang keliling yang menjalankan bisnis di kota-kota besar, namun tidak menutup kemungkinan, surat ini juga ditujukan kepada para tuan tanah di daerah Palestina.
Boleh dikata, para pedagang Kristen Yahudi ini terkenal dengan kemampuan bisnis yang mumpuni. Perhitungan dagang mereka jarang meleset. Tidak mengherankan, karena mereka adalah orang cerdas. Hari-hari ini, siapakah yang tidak mengenal kemampuan bisnis orang Yahudi?
Dalam Yak. 4:13, Ternyata kepercayaan diri yang terbangun melalui pengalaman itu terbawa dalam pengiringan mereka kepada Tuhan.
Yakobus memperingatkan mereka dengan berkata, "kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok."
Yakobus memperingatkan, bagaimana mungkin kamu terlalu percaya diri seperti itu? Padahal esok itu misteri bagi kita. Hanya Allahlah satu-satunya yang memiliki kepastian tentang hari esok.
Ingatkah kita kisah Tuhan Yesus tentang Orang kaya bodoh (Luk. 12:16-21)
B. Ilustrasi
Menurut sebuah situs (efekgila.com), pada tahun 2016 ada tujuh perusahaan besar di Indonesia yang terancam bangkrut
1) Ford Motor Indonesia, 2) Toshiba, 3) Panasonic, 4) Sharp, 5) Sony, 6) Nokia, 7) General Motor. Siapa yang menyangka ini akan terjadi, jika melihat di masa kejayaan mereka?
Jadi benar bahwa, apabila kita bicara mengenai hari esok, sesungguhnya tidak ada hal yang benar-benar pasti bagi manusia.
C. Aplikasi
Mungkin Saudara berpikir, "ah, ini sudah biasa saya kerjakan. perhitungan saya tidak mungkin meleset. Ini pasti berhasil. Ini tidak mungkin gagal. Semua telah saya rancang dengan baik."
Percayalah bahwa, masa depan kita tidak sesederhana pelajaran Matematika. [Meskipun saya harus akui bahwa, pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling saya tidak minati 😁]
Hari esok itu misteri bagi kita, namun terbuka bagi Allah, hanya Allah. Sehingga apabila kita ingin memiliki kepastian tentang esok, maka berserahlah kepada-Nya.

II. Sebab Hidup Manusia itu Singkat (Yak. 4:14b)
A. Penjelasan
Tak ada alasan yang cukup kuat untuk membantah nada hiperbola yang dikemukakan Yakobus dalam ayat 14b. Selama apapun kita hidup di dunia ini, dibandingkan dengan rentang waktu yang Tuhan tetapkan bagi semesta, sungguh umur kita hanyalah periode yang amat singkat.
Kepercayaan diri dalam menghitung waktu oleh para pembaca dikecam dengan tegas oleh Yakobus. Ketika mereka berkata "hari ini atau besok," Yakobus mengingatkan mereka, "hidupmu seperti uap...". Kita takkan pernah menemui bekas uap. Ia akan segera menghilang setelah nampak.
Di hari tuanya Musapun bernyanyi, "masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun (Mzm. 90:10)." Kehidupan di dunia ini sangat singkat, berlalunya terburu, bahkan tak terduga. Tuhan Yesus hidup di dunia sebagai manusia hanya sekitar tiga puluh tiga tahun, bahkan pelayanannya hanya berlangsung tiga tahun setengah, lalu disalibkan. Waktu yang Ia miliki sebagai manusia sejati sangat singkat, namun waktu yang singkat itu telah dimanfaatkannya isinya dengan yang terbaik, yakni melakukan kehendak Bapa.
B. Ilustrasi
Suatu hari, setelah saya kembali dari studi di luar kota selama dua tahun, saya teringat seorang rekan hamba Tuhan yang usianya cukup jauh lebih tua, namun sangat akrab dengan kami.
Beberapa kali saya berencana menemuinya, setiap kali ada kesempatan, saya selalu berpikir untuk menangguhkan kunjungan saya. Seringkali pikiran saya berkata, "ah, kan masih ada waktu," seolah melawan nurani.
Setelah berkali-kali menolak dorongan untuk menemuinya, suatu hari saya mendengar berita yang menggemparkan seluruh kota, bahwa beliau ditembak mati oleh seorang yang tak dikenal.
Saya tidak tahu harus berkata apa ketika mendengar berita itu, seolah tidak percaya, namun saya tak berkuasa mengubah fakta. Hanya penyesalan yang tersisa.
Melalui peristiwa ini, sepertinya Tuhan mengajarkan saya tentang singkat dan tak terduganya kehidupan seorang manusia. Saya diajar untuk memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Diajar untuk tidak menunda apa yang dapat dikerjakan sekarang.
C. Aplikasi
Saudara, waktu takkan pernah dapat disimpan melainkan hanya dapat dibuang. Itulah sebabnya kita tidak pernah mendengar ungkapan "simpan waktu," yang ada hanya, "buang waktu."
Cobalah berdiri di depan cermin, lalu tanyakan kepada orang yang ada dalam cermin itu, "kamu sudah mengisi hidupmu yang singkat itu dengan apa? Dengan kehendakmu sendiri atau selalu menyerah di hadapanNya sembari berkata, jika Engkau menghendakinya, maka aku akan melakukan ini dan itu."

III. Sebab Perencanaan tanpa Mengutamakan Tuhan Adalah suatu Kecongkakan (Yak. 4:16)
A. Penjelasan
Siapakah yang betah berkawan dengan orang congkak? Allahpun tidak. Namun para penerima surat Yakobus terlihat sangat tegas dalam perencanaan perjalanan (travel plans); sangat percaya diri dalam perhitungan waktu (time schedule); dan sangat egosentris dalam hubungan perdagangan (trade relationship). Inilah alasan Yakobus dengan keras menegur mereka dengan berkata "kamu bermegah dalam congkakmu."
Mencermati kalimat Yakobus ini, dapat simpulkan bahwa kata "congkak" sedang menunjuk pada perencanaan yang tidak mengingat kedaulatan Allah itu. Mengabaikan campur tangan, yakni pemeliharaan Allah atas pekerjaan orang percaya bahkan atas seluruh bumi.
Jauh sebelum surat ini ditulis firman Tuhan telah mengingatkan dalam Ams. 27:1, "janganlah memuji diri karena hari esok, karena engkau tidak tahu apa yang terjadi hari itu."
Kristus sendiri telah menunjukan sikap penyerahanNya kepada Allah, ketika dalam Injil dikisahkan bahwa pagi-pagi benar Ia telah pergi berdoa. Itulah bukti kongkrit akan sikap penyerahannya.
B. Ilustrasi
Titanic adalah salah satu kapal terbesar yang pernah dibangun sepanjang sejarah. Kapal yang mampu mengangkut 2.224 orang ini selesai dibuat pada tahun 1912. Karena ukurannya yang sangat besar, sepertinya mustahil dapat tenggelam, bahkan setelah kapal itu siap melaut, sang arsitek berkata, "bahkan Tuhan takkan sanggup menenggelamkan kapal ini."
Namun kepercayaan diri manusia telah membuat sang arsitek tak lagi bersandar kepada Allah, sang Arsitek Agung.
Pada hari Minggu, 14 April 1912 kapal raksasa itu menabrak sebuah gundukan es di tengah laut, dan mulai tenggelam. Hanya butuh waktu sekitar dua jam empat puluh menit (sumber: https:wikipedia.org/wiki/singking_of_the_RMS_Titanic).
Lihatlah bahaya kecongkakan itu.
C. Aplikasi
Saya yakin, bahwa tak seorangpun di antara kita yang ingin berakhir binasa karena kecongkakan. Berserahlah senantiasa hanya kepada Kristus. Katakanlah selalu Deo Volente sebelum merancang masa.
Amin.
pietersunkudon.wordpress.com

No comments:

Post a Comment