Search This Blog

Tuesday, December 31, 2019

Resolusi Tahun Baru: Antara PeDe & Parno

Shalom Bible Lovers.
Menurut  Nona Wiki, yang nama panjangnya adalah Wikipedia, "Sebuah studi pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Richard Wiseman dari Universitas Bristol dengan melibatkan 3.000 responden menunjukkan bahwa 88% dari mereka yang memiliki resolusi Tahun Baru gagal mewujudkannya,[7] meskipun 52% dari responden yakin pada awalnya bahwa mereka akan berhasil mewujudkannya. 22% pria berhasil mewujudkan resolusi mereka saat mereka menenetapkan target (misalnya bertekad menurunkan berat badan satu pon dalam seminggu, bukannya hanya "menurunkan berat badan" saja), sedangkan 10% wanita berhasil mewujudkan resolusi mereka jika mendapat dukungan dari orang-orang terdekat.[8]"

Nah, dari hasil riset tersebut, ada dua hal yang menjadi alasan kesusksesan, 1) menetapkan target yang spesifik; 2) mendapat dukungan dari orang-orang terdekat. Dalam video ini saya akan mebagikan hal yang lebih penting dari pada tips untuk sukses mewujudkan resolusi tahun baru itu, demi masa depan Anda. 


Dalam waktu beberapa jam lagi kita akan meninggalkan tahun 2019 dan memasuki tahun 2020. Apa hal yang paling sering dilakukan orang dalam momen seperti ini? Ya, membuat resolusi tahun baru.

Masih info dari nona Wiki tadi, "Resolusi Tahun Baru adalah tradisi sekuler yang umumnya berlaku di Dunia Barat, tetapi juga bisa ditemukan di seluruh dunia. Menurut tradisi ini, seseorang akan berjanji untuk melakukan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai pada Hari Tahun Baru.[1]" Adapun tradisi tersebut telah dimulai sejak zaman Babilonia kuno hingga kini. Bahkan tradisi serupa ini juga ada dalam agama Yahudi dan Katolik hanya motifnya yang berubah. Saya tentu tidak ingin "mengharamkan" resolusi tahun baru itu karena berasal dari budaya pagan.

Menurut saya resolusi tahun baru adalah hal yang baik untuk dilakukan, karena paling tidak hal itu dapat menjadi motivasi bagi seseorang. Begini, biasanya ada dua cara pandang orang dalam membuat resolusi tahun baru. Ini berhubungan dengan cara masing-masing menatap masa depannya. Di satu sisi ada orang yang terlalu percaya diri, sementara di sisi lain ada yang terlalu kuatir atau takut atau yang kata anak muda masa kini "parno." Sesungguhnya keduanya adalah bentuk ketidakpercayaan kepada Allah.

Ada fakta yang harus diingat tentang masa depan itu, yakni pertama, hal itu misteri dan kedua, manusia itu fana. Bagi manusia, masa depan itu sesungguhnya gelap dan setiap orang dapat saja meninggalkan dunia ini di saat yang tak diduganya. Tidak ada yang pasti selain kematian itu. Orang dapat saja membuat prediksi, entah berdasarkan perhitungan yang ilmiah atau juga mistis. Tetapi tetaplah semua itu hanya prediksi belaka. 

Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata, 
"Yakobus 4:13-15 _Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
"Amsal 19:20-21_Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhan-lah yang terlaksana.” 

Demikianlah peringatan bagi mereka yang melupakan misteri masa depan dan kefanaan.

Selanjutnya, bagi mereka yang dilanda kekuatiran terhadap masa depan, mari simak apa yang Alkitab katakan bagi Anda.
Matius 6:31-34 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” 

Matius 6:25-27   25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?  26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?  27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (lih. juga Luk. 12:22-23)
1 Petrus 5:7 “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
 Amsal 24:14 “Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang.”
Filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
Amsal 28:13 “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”

Matius 7:7-11 “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Saya harap Anda tidak meragukan firman Tuhan ini. Sebab memang masa depan itu misteri, kita belum pernah kesana, dan tak seorang pun yang pernah datang dari sana membawa kabar kita di masa depan. Bisa saja ada kesuksesan dan kebahagiaan besar yang kita dapatkan di sana, tetapi mungkin juga kemalangan. 

Tetapi percayalah bahwa Allah kita itu kekal. “Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”” (Kel 3:14). Yesus Kristus, sebagai wujud Allah, juga menegaskan keilahian dan kekekalan-Nya dengan mengatakan, “sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58). Teks Terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, Septuaginta menunjukan kesetaraan kedua pengakuan di atas, keduanya menggunakan kata ego eimi artinya AKU ADA. Dari bahasa Ibrani ehyeh asyer ehyeh (trans. interlinier), "Aku adalah Aku ada." Bukankah Yesus berkata, "Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir (Why. 22:13)."

Yohanes oleh ilham Roh Kudus menulis: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1:1). Paulus dalam Roma 1:20 berkata, "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." Dan masih banyak nats lagi tentang kekekalan Allah ini.

Poin saya di sini ialah, jika Alkitab menyatakan bahwa Tuhan kita itu kekal, maka segala sesuatu yang terjadi di dalam rentang waktu ini, sejak hari dimulainya hingga hari Dia menghentikannya, terlihat secara jelas oleh-Nya. Sementara kita harap-harap cemas terhadap masa depan, Tuhan telah melihat semua. Tidak ada yang misteri bagi-Nya. Lalu apakah hubungan paparan ini dengan sukses mewujudkan resolusi tahun baru? Tentu saja kebergantungan mutlak kepada Allah yang kekal adalah kunci utama. Resolusi kita haruslah searah dengan rancangan dan tujuan Allah bagi kita. Demikianlah kita tidak akan tenggelam dalam kekuatiran dan sebaliknya terjerat oleh kecongkakan.
Selamat Tahun Baru 2020 sahabat.
Solideo Gloria.

Friday, December 13, 2019

Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang | Pahit Getirnya Tema Natal Tahun Ini (2019)


Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan, afeksi dan perasaan. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme, yakni perhatian terhadap kesejahteraan orang lain melebihi diri sendiri.[1]

                  Oh, betapa indah dan idealnya pesahabatan itu. Sungguh nyaman rasanya jika kita sesama anak bangsa, di negeri yang kaya dengan dengan keberagaman ini menjalin persahabatan satu dengan lainnya. Di sinilah kita akan tumbuh semakin besar dan kokoh. Kita akan sanggup menghadapi berbagai halang-rintang dalam pembangunan negeri. Itu pasti!

                  Sayangnya, angan tentang persahabatan itu seketika dihentikan oleh frase yang mengekor di belakang kalimat tema natal 2019 ini. Frase apakah itu? Ya, frase “bagi semua orang.” Tiga kata yang dapat saja membatalkan semua angan kita, tentang hubungan ideal antar sesama penghuni bumi yang fana ini. Sebab menjadi sahabat memang indah, memang ideal, tetapi “bagi semua orang?” Hal yang demikian rasanya hampir mustahil. Pahit & getir rasanya, ketika berhadapan dengan realita. Bahkan Sidharta Gautama, seorang pemuka Agama itu berkata, Dengan orang-orang bodoh, tidak ada persahabatan. Lebih baik seseorang hidup sendiri daripada hidup dengan para lelaki egois, angkuh, pemberontak, dan kepala batu.[2] Siapakah yang rela bersahabat dengan orang yang mempersekusi diri atau kelompoknya? Siapakah yang akan melapangkan hati terhadap para penganiaya, panghujat, bahkan pemfitnahnya? Maka seorang manusia, dalam keterbatasan naturnya akan menjawab, “tak seorangpun. Akupun tidak!”
[video]
                  Memang, tidak ada yang akan rela menjadikan orang jahat sebagai sahabat. Menjadi sahabat bagi orang-orang yang baik, aku rela, tetapi bagi orang kejam? Namun sesungguhnya, orang Kristen tidak punya pilihan. Mereka harus meneladani Tuhan dan Raja mereka, Yesus Kristus, Putera Natal itu,

yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,  7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Flp. 2:6-8)

Yesus Kristus, yang oleh-Nya, Allah mendamaikan diri-Nya dengan orang-orang berdosa (2 Kor. 5:19). itupun berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat. 5:44).” Benarkan? orang Kristen tidak punya pilihan. Selain menjadi sahabat bagi semua orang. Itulah yang dikehendaki Tuannya.

                  Jadi, sebagai orang Percaya, kita tidak akan mengarahkan pandangan kita ke kiri atau kanan sembari bertanya “siapakah yang pantas beroleh kasih persahabatan dariku?” Bukan! Bukan itu pertanyaannya, melainkan menengadah ke langit lalu bertanya, “bagaimana aku sanggup menjadi sahabat bagi semua orang?”. Hanya itu pilihan kita.

                  Apakah ini mustahil? Tentu saja tidak. Kita percaya berita Natal itu, kita percaya Firman-Nya, “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37).” Firman-Nya membimbing kita untuk menyanggupinya. Demikianlah kita harus tinggal di dalam Yesus (Yoh. 15:4); membiarkan Bapa membersihkan kita dari segala hal yang tidak berguna (Yoh. 15:2); dan terus berserah kepada Roh Kudus (Yoh. 15:26,27), sampai kita mencapai tujuan Allah. Jadilah Sahabat Bagi Semua Orang.

Selamat Natal 2019 & Tahun Baru 2020.
Imanuel.


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Persahabatan
[2] https://jagokata.com/kata-bijak/kata-persahabatan.html?page=2

Friday, November 29, 2019

Langkah Keempat dalam Proses Pengamatan: Amatilah Fakta-fakta Dalam Nats | #cawabekis #eps.010


Salam Bible Lovers.

Beberapa waktu yg lalu di sebuah Channel Youtube, ada orang yang berkata, bahwa Yesus berbuat dosa, yaitu mencuri keledai (band. Mrk. 11:2-6). Video kali ini akan menunjukan kesalahan paling dasar dalam langkah penafsiran Alkitab, yang berakibat pada kesimpulan yang salah seperti itu.
(intro.)

Jika Anda mengikuti video sebelumnya, di sana saya menerangkan tiga langkah pertama dalam pengamatan. Ya, Berdoa, memilih/menentukan teks, dan membaca Teks. Kelanjutan dari tiga langkah tersebut akan kita bahas dalam video ini. Yaitu mengamati fakta-fakta yang tertuang dalam teks.

Dalam langkah ini, yang harus dilakukan ialah berkonsentrasi penuh pada segala hal yang ada dalam teks. Itu dulu. Namun pertanyaan selanjutnya ialah, apakah segala sesuatu dalam teks itu harus diamati? Sebenarnya semua yang kita temukan dalam satu nats Alkitab perlu diamati. Tetapi adalah sukar bagi seseorang untuk mengamati sesuatu kalau dia tidak mengetahui apa yang harus diperhatikan.

I.              Jadi pertama-tama di sini kita lihat dulu Apa yang perlu diamati?
Berikut ini adalah daftar hal-hal yang perlu diperhatikan setiap kali kita mempelajari Alkitab.
1.    Pribadi-pribadi/oknum-oknum
Contoh:
-Nama-nama oknum/pribadi: Allah, Tuhan Yesus, Roh Kudus, malaikat, iblis
            -Kata ganti orang seperti: Dia, ia, mereka, kamu, aku, kita, dsb.
2.    Pernyataan-pernyataan.
Contoh:
            -Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.
            -Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Dsb.
3.    Pertanyaan-pertanyaan.
Contoh:
            -menurut kamu siapa Aku?
            -siapakah yang harus Aku utus? Dsb.
4.    Perintah-perintah.
Contoh:
            -kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap kekuatanmu!
            -persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang kudus kepada Allah. dsb.
5.    Keadaan atau situasi
Contoh:
                        -semua yang mendengar firman Allah itu menjadi takut.
                        -maka terjadilah kegemparan di tengah-tengah umat itu. Dsb.
6.    Tempat.
Contoh:
            -lalu Roh Kudus membawa Yesus ke Padang Gurun
            -penatua-penatua diundang untuk datang ke Efesus. Dsb.
7.    Waktu/masa
Contoh:
            -ketika Yesus keluar dari bait Allah.
            -ketika tiba Hari Pentakosta. Dsb.
8.    Cara-cara
Contoh:
            -percayalah kepadaku maka engkau akan selamat.
            -jika engkau mengakui segala dosamu maka Ia akan mengampunimu. Dsb.
9.    Alasan-alasan
Contoh:
            -sebab dosamu sudah diampuni maka jangan berbuat dosa lagi.
            -sebab Yesus sudah bangkit maka engkau juga sudah dibangkitkan. Dsb.


II.            Kedua, bagaimana pelaksanaan aktifitas pengamatan itu harus dikerjakan?
1.    Pakailah kertas dan tulislah/catatlah apa yang diamati (boleh juga diketik komputer)
a.    Catatan ini mendorong kita untuk berpikir.
b.    Kalau dicatat maka pengamatan kita tidak akan hilang, sehingga dapat dipakai lagi.
2.    Amatilah nats melalui pemakaian pertanyaan-pertanyaan.
a.    Pakailah pertanyaan-pertanyaan sebagai alat untuk mendorong dan mempertajam pikiran kita.
b.    Kita perlu melatih pikiran kita supaya kita mulai mengamati Alkitab sama seperti seorang wartawan yang selalu mempergunakan 6 pertanyaan utama.
3.    Nah, begini contohnya:
a.    Pertanyaan pertama: SIAPAKAH? (siapakah yang terlibat dalam nats ini? Siapakah yang berkata dalam nats ini? Siapakah yang mendengar dalam nats ini? Siapakah pokok pernyataan ini? Dsb.)
b.    Pertanyaan kedua: APAKAH? (apakah pokok pembahasan? Apakah yang dikatakan tentang pokok itu? Apakah yang terjadi? Dsb.)
c.    Pertanyaan ketiga: KAPAN? (kapan ini terjadi? Kapan hal ini akan terjadi? Dsb.)
d.    Pertanyaan keempat: DIMANAKAH? (dimanakah ini terjadi? Apakah ada gerakan geografis dalam nats ini? Dsb.)
e.    Pertanyaan kelima: MENGAPAKAH? (mengapakah hal ini terjadi atau akan terjadi? Mengapakah orang ini berkata demikian? Mengapakah ini terjadi pada saat ini? Dsb.)
f.     Pertanyaan keenam: BAGAIMANA CARANYA? (bagaimana caranya ini terjadi? Bagaimana caranya ini dapat terjadi? Dsb.)

Mungkin semua pertanyaan ini tidak dapat dijawab dari satu nats tetapi kita selalu perlu mulai dengan pertanyaan-pertanyaan ini untuk mendorong kita sungguh-sungguh berpikir dan untuk menjaga supaya pengamatan kita lengkap.

Dalam paragraph, satu pertanyaan dapat dipakai untuk semua ayat sekaligus dan semua pertanyaan dapat dipakai ayat demi ayat. Ada banyak variasi dalam pemakaian enam pertanyaan ini, karena ini proses berpikir yang dinamis. Silahkan kreatif!

Nah, letak persoalan dari klaim orang yang berkata bahwa Yesus mencuri keledai itu, ada di sini. Pengamatan yang tidak cermat atau bahkan mungkin dia sama sekali tidak melakukan pengamatan. Yang dilakukannya menangkap peristiwa itu secara deduktif. Artinya dia memang berbicara berdasarkan asumsi pribadinya, bukan berdasarkan fakta dari teks.

Begitulah Cara Waras Belajar Kitab Suci. saya memohon dengan sangat, kepada Anda, para pencinta Firman yang sangat waras ini, agar menerapkan langkah-langkah ini, jika mempelajari Alkitab. Jangan hanya jadi teori belaka.

Saya Pieter Sunkudon. God Bless.

LANGKAH PENGAMATAN: BERDOA, PILIH, BACA | #cawabekis #eps.009


 Langkah-langkah Waras Belajar Alkitab #02
Sekarang kita akan melihat tentang apa saja yang harus dilakukan dalam langkah pertama, dari tiga langkah besar dalam mempelajari Alkitab secara induktif. Yakni langkah-langkah dalam melakukan pengamatan teks. Semoga Anda masih ingat Tiga Langkah besar dalam mempelajari Alkitab. Apa saja? Ya, Pengamatan (observasi), Penafsiran (interpretasi), dan Penerapan (aplikasi). Itu semua akan membuat para pencinta firman tidak berputar-putar dalam kebingungan ataupun lari dari pengertian yang sebenarnya.
                  Baik, kita langsung saja. Sebagai pelajar-pelajar Alkitab, kecakapan pertama yang harus kita kuasai adalah melatih otak kita untuk mengamati dengan teliti apa yang ada dalam sebuah nats dalam Alkitab. Lihatlah firman Tuhan dalam Markus 8:18, “18 Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi.
                  Mengapa hal ini penting? Sebab kalau pengamatan kita tidak lengkap atau tidak tepat ada kemungkinan besar bahwa penafsiran dan penerapan kita tidak akan lengkap atau tidak tepat. Bukankah kita dapat menemukan orang-orang yang kurang lengkap dalam pengamatan di sekitar kita?
                  Nah, langkah pertama dalam proses pengamatan adalah: Berdoa. Doa merupakan pengakuan akan keterbatasan diri sendiri dan permintaan kepada Allah untuk menolong keterbatasan itu. Pemazmur berkata, “19 Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah-perintah-Mu terhadap aku… 30 Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.  31 Aku telah berpaut pada peringatan-peringatan-Mu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu.  32 Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku.  33 Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir.  34 Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.  (Mzm. 119:19, 30-34).
                  Untuk permohonan tersebut, Tuhan telah menjanjikan penyediaan Penolong. Mari lihat Yoh. 16:12-15, “12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.  13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.  14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.  15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Masih ingatkan, pelajaran tentang iluminasi?)
                  Setelah kita meminta pimpinan Roh Kudus, langkah berikutnya ialah, pilihlah teks. yang, mempunyai satu unit pikiran. Ini bukan soal panjang/pendeknya nats yang akan kita pelajari, tetapi lebih kepada suatu bagian Alkitab yang menyampaikan sebuah kebenaran rohani tunggal. Bagian itu bisa merupakan nats yang panjang, bisa juga sebuah nats yang pendek. Hal ini bertujuan agar kita lebih terfokus dalam pengamatan. Masih ada beberapa hal lagi mengenai memilih teks namun untuk kebutuhan kita kali ini, menurut saya ini yang paling pokok.[1]
                  Apabila teks yang akan dipelajari sudah ditetapkan, lanjutkanlah dengan membacanya. Bacalah nats yang akan diselidiki berkali-kali. Berapa kali? Berkali-kali. Ini tahap pengenalan yang merupakan pengenalan akan isi nats. Nah, ingat bahwa, semua nats itu terkait dengan yang namanya konteks. Jadi bacalah konteks dari teks itu dulu. Apa itu konteks? Konteks teks yang saya maksud di sini adalah bagian-bagian sebelum dan sesudah bagian yang mau kita pelajari. Membaca konteks ini sangatlah penting, ibarat ingin mengenal seseorang, kita harus pelajari latar belakangnya dulu. Begitu pula dalam hal mengenal isi Alkitab. Tahapan sederhananya begini, kalau mengamati ayat, bacalah paragrafnya, kalau mengamati paragraph, baca pasalnya, dst.
                  Bacalah berulang-ulang sampai Anda dapat menguasai konteksnya dan mengingat isinya bahkan sedapat mungkin menghafalkannya. Nah, persoalan banyak orang ialah, menjadikan momentum membaca Alkitab hanya semacam rutinitas demi memenuhi kuota agamawi mereka. Tidak heran ada yang berprinsip, “yang penting sudah baca. Ngak ngertipun ngak apa.”  Weleh?! Apakah kita tidak tau apa yang terjadi jika firman itu tidak dipahami? Tuhan Yesus berkata, 19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan (Mat. 13:19).”
                  Begitulah Cara Waras Belajar Kitab Suci (CAWABEKIS). Sampai di sini dulu, silahkan terapkan langkah-langkah ini, kita akan lanjutkan dalam video berikutnya. Imanuel.


[1] Lihat Solihin, 7 Langkah, 49-53.